This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Sifat Serakah

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، وسيئات أعمالنا من يهده الله، فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده روسوله.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾[آل عمران:102] .
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾[النساء:1] .
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾ [الأحزاب: 70-71].
أما بعد: فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثه بدعة، وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.

Hakikat Kehidupan Dunia
Dan dunia dipermisalkan bagaikan pohon yang tumbuh di permukaan tanah yang gersang yang tidak bisa menelan air dan memberi manfaat kepada pohonnya, tidak bisa menghasilkan buah dan daun-dauannyapun kering, manusia tidak bisa berteduh di bawahnya, jika berteduh ia akan mengalami sesuatu yang tidak enak karena tidak bisa berlindung dari terik matahari.
udah banyak kita saksikan di depan mata kita bahwa banyak dari orang-orang kaya raya tidak bisa mendapatkan hasil apa-apa untuk menjalin hubungan kekerabatan, kekeluargaan, masyarakat dan umat, bahkan kekayaan yang dimilikinya hanyalah menjadi perselisihan dan permusuhan, dengan sebabnya terjadi persengketaan dan pertumpahan darah di sisi mereka di sebabkan karena harta duniawi.
Sungguh alangkah ruginya orang-orang yang bertopeng Islam namun hakekat kehidupan yang ia miliki bagaikan orang-orang kafir, mengejar dunia tanpa menghiraukan agama yang haq (benar), hingga tidak ada yang ia dapati melainkan siksaan dan penderitaan dunia dan akhiratnya.
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tempat tujuan kehidupannya maka ia akan mendapatkan ancaman [siksaan] terhadap apa yang ia telah usahakan pada dunia tersebut, Allah berkata:
(مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ * أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) [سورة هود :15-16]
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. [Hud: 15-16].
Allah berfirman:
(اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ) [سورة الحديد : 20]
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan diantara kalia serta berbangga-banggaan terhadap banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya menganggungkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kalian melihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu”. [Al-Hadid: 20].
Barangsiapa yang mengerjakan amalan sholih maka itu untuk dirinya dan kebahagian untuknya di akhirat, Allah berfirman:
(مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) [سورة النحل : 97]
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan sholih, baik dia laki-laki maupun dia perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. [An-Nahl: 97].
Dan barangsiapa yang bermalas-malasan dalam beramal sholih maka kerugian baginya dan berhak baginya mendapatkan azab sesuai apa yang ia tinggalkan, Allah berfirman:
(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ * قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا * قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ * وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ ۚ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ) [سورة طه: 124-127]
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”, ia berkata: ”Wahai Robbku, mengapa Engkau membangkitkanku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”, Allah mengatakan: Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu [pula] pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang melampaui batas dan tidak beriman kepada ayat-ayat Robbnya, dan sesungguhnya azab akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. [Thaha: 124-127 ].
AKIBAT DARI MEMBANGGAKAN DIRI TERHADAP APA YANG DIMILIKI DAN BAHAYA MELALAIKAN KEWAJIBAN SERTA MENINGGALKAN AMAL SHOLIH
Seseorang yang dia membanggakan diri terhadap apa yang dia miliki berupa anak-anak dan harta, dan dia lupa kewajiban apa yang Robbnya telah wajibkan untuknya dari beramal sholih, maka Allah akan mengazabnya melalui anak-anaknya dan harta bendanya. Allah berfirman:
(فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ) [سورة التوبة : 55]
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu, sesungguhnya Allah menghendaki dengan [memberi] harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”. [At-Taubah :55].
Ayat ini telah di tafsirkan oleh shahabat yang faqih, ahli tafsir ‘Abdullah bin ‘Abbas Rodiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu dalam kehidupan dunia, sesungguhnya Allah bermaksud dengan harta dan anak-anaknya itu untuk mengazab mereka denganya di akhirat”. (At-Taubah: 55)
Allah berfirman:
(وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَٰلِكَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ) [سورة الطور : 47]
“Dan sesungguhnya untuk orang-orang zholim ada azab selain itu, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. [At-Thur: 47].
Allah berfirman:
(إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ) [سورة طه : 74]
“Sesungguhya barangsiapa datang kepada Robbnya dalam keadaan berdosa, maka baginya nereka Jahannam, ia tidak mati di dalamnya dan tidak [pula] hidup”. [Thaha: 74].
Para ulama menafsirkan makna ayat ini : maksud tidak mati yaitu tidak ada tempat istirahat baginya dan ia akan mendapatkan azab terus menerus.
Dan perkataan-Nya: tidak pula hidup yaitu tidaklah ia mendapatkan ketenangan di dalam [nereka] dan kehidupannya di jadikan sebagai azab.
Allah berfirman:
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا) [سورة النساء : 56]
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab, sesungguhnya Allah adalah Al-‘Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana). [An-Nisa’: 56].
Allah berfirman:
(وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ * وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ) [سورة فاطر : 36-37]
“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam, mereka tidak dibinasakan sehingga mereke mati dan tidak [pula] diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Wahai Robb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amalan yang sholih berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan [apakah tidak] datang kepadamu pemberi peringatan?, maka rasakanlah [azab Kami] dan tidak ada bagi orang-orang yang zholim seorang penolongpun”. [Fathir: 36-37].
Allah berfirman:
(وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ * مِنْ وَرَائِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَىٰ مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ * يَتَجَرَّعُهُ وَلَا يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ ۖ وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ) [سورة إبراهيم : 15-17].
“Dan mereka memohon kemenangan [atas musuh-musuh mereka] dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, dan di hadapannya ada jahannam dan dia akan di beri minuman dengan air nanah, di minumnya dengan air nanah itu dan hampir ia tidak bisa menelannya dan datanglah [bahaya] maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapnnya masih ada azab yang berat”. [Ibrohim: 15-17].
Allah berfirman:
(وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ) [سورة الزخرف : 77]
“Mereka berseru: “Wahai Malik [malaikat penjaga neraka], biarlah Robbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Sesungguhnya kalian akan tetap tinggal [di neraka ini]”. [Az-Zuhruf: 77].
Para penghuni neraka menyeru, mereka meminta air dan makanan kepada penghuni Jannah (Surga) karena haus dan lapar yang sangat, penghuni Jannah menjawab pertanyaan: [mereka yang berada dalam neraka] bahwa Allah haromkan bagi keduanya atas orang-orang kafir. Allah berfirman:
(وَنَادَىٰ أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ ۚ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ * الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَٰذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ) [سورة اﻷعراف : 50-51]
“Dan penghuni neraka menyeru penghuni Jannah: “Berikanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang yang telah direzkikan Allah kepada anda sekalian”. Mereka [penghuni surga] menjawab: “Sesungguhnya Allah telah haromkan keduanya itu atas orang-orang kafir, [yaitu] orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendagurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. [Al-A’rof: 50-51].
Itulah balasan bagi orang-orang yang memiliki akal, namun mereka menjadikan akal mereka hanya untuk bersenang-senag di dunia, bagaimana mungkin anda sekalian akan bisa bersenang-senang sementara umur anda sekalian hanyalah sebentar saja dan kalian mempergunakan kehidupan kalian hanyalah berfoya-foya, tidak mengetahui tujuan arah kehidupan dimana ditempatkan.
Orang-orang yang merasa dirinya telah cukup dengan apa yang ia usahakan di dunia ini berupa harta, mereka tidak lagi melaksanakan ketaatan kepada Allah, lupa akan nikmat Allah, dengan sebab itu Allah azab mereka, Allah berfirman:
(أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ * جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا ۖ وَبِئْسَ الْقَرَارُ) [سورة إبراهيم : 28-29]
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk kediaman”. [Ibrohim: 28-29].
Sungguh alangkah buruknya orang-orang yang bervirus terhadap dunia kerakusan dan ke hijauan matanya selalu mengejar apa yang syahwatnya inginkan.
Anda sekalian tidak akan pernah bisa dalam mencapai atau memungut harta dunia ini semuanya, orang-orang yang telah mendahului anda sekalianudah sangat banyak mereka mencoba untuk memungut harta dan kekayaan duniawi seperti Fir’aun, Qorun, dan yang semisal dari mereka, namun Allah tenggelamkan mereka (Qorun dan orang-orang yang bersamanya) ke dalam tanah sebagai pelajaran bagi orang yang setelahnya. Dan bahkan setelah maut menjemput mereka, mereka menyesal terhadap perbuatan mereka disebabkan kengerian siksaan yang dialaminya.
Wahai para pencari dunia, ingatlah akan nikmat Allah, yang Dia telah limpahkan kepada anda sekalian, sebelum datang kepada anda sekalian kematian yang dimana tidak ada lagi hubungan kekerabatan, Allah berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ) [سورة البقرة : 254]
“Hai orang-orang yang beriman, infaqkanlah [di jalan Allah] sebagian dari rezqi yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang suatu hari, yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zholim”. [Al-Baqoroh: 254].
Allah berfirman:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ) [سورة لقمان : 33]
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian dan takutlah kalian terhadap suatu hari [pada hari itu] seorang bapak tidak bisa menolong anaknya dan seorang anak tidak [pula] biasa menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah itu benar dan janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian dan jangan pula syaithon memperdayakan kalian dalam mengingat Allah”. [Luqman :33].
Keserakahan Manusia
Hidup bermewah-mewahan/foya-foya dapat membuat orang jadi serakah. Untuk hidup mewah orang perlu uang yang banyak. Meski penghasilannya besar, tapi kalau pengeluarannya lebih besar lagi maka itu seperti lebih besar pasak daripada tiang. Dia akan berusaha mencari uang lebih banyak lagi.
Ada yang memakai credit card sehingga terlibat hutang dan berhadapan dengan debt collector. Ada yang berhutang kemudian tidak mengembalikannya. Ada kenalan yang mencoba meminjam uang puluhan juta rupiah ke saya.Padahal saya sehari-hari hanya naik angkot dan dia ke mana-mana naik mobil ber-AC. Belakangan ada teman saya yang lapor ke saya bahwa saudaranya tak dibayar ketika kerjasama dengan orang tersebut. Banyak juga pejabat yang korupsi agar bisamemiliki banyak rumah dan mobil mewah. Itulah akibat gaya hidup mewah yang berlebihan. Membuat seseorang jadi zhalim terhadap orang lain.
Ada pula yang melakukan monopoli sehingga merugikan pihak lain. Sebagai contoh 69,4 juta hektar tanah di Indonesia dikuasai oleh 652 pengusaha saja. Sementara jutaan petani tanahnya kurang dari setengah hektar bahkan ada yang takmemiliki tanah hingga hidup miskin. Padahal jika tanah itu dibagi dengan adil, niscaya kemiskinan yang melanda petani yang takmemiliki tanah sehingga hanya bisa jadi buruh tani bisa dikurangi.
Homo homini lupus. Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Gandhi berkata, “Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan segelintir kecil orang yang serakah.”
Inilah sifat manusia, tidak pernah merasa puas dengan harta. Buktinya adalah hadits-hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ »
“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian dan hamba mode. Jika diberi, ia ridho. Namun jika tidak diberi, ia pun tidak ridho”. (HR. Bukhari no. 6435)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436)
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)

Ibnu Az Zubair pernah berkhutbah di Makkah, lalu ia mengatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ »
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438) Dari Anas, dari Ubay, beliau mengatakan, “Kami kira perkataan di atas adalah bagian dari Al Qur’an, hingga Allah pun menurunkan ayat,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
“Bermegah-megahan dengan harta telah mencelakakan kalian.” (QS. At Takatsur:satu). (HR. Bukhari no. 6440) Bukhari membawakan hadits di atas dalam Bab “Menjaga diri dari fitnah (cobaan) harta.”

Beberapa faedah dari hadits-hadits di atas:
Pertama: Manusia begitu tamak dalam memperbanyak harta. Manusia tidak pernah merasa puas dan merasa cukup dengan apa yang ada.
Kedua: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah”, maksudnya: Tatkala manusia mati, perutnya ketika dalam kubur akan dipenuhi dengan tanah. Perutnya akan merasa cukup dengan tanah tersebut hingga ia pun kelak akan menjadi serbuk. (Syarh Ibnu Batthol)
Ketiga: Hadits ini adalah celaan bagi orang yang terlalu tamak dengan dunia dan tujuannya hanya ingin memperbanyak harta. Oleh karenanya, para ulama begitu qona’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang mereka peroleh. (Syarh Ibnu Batthol)
Keempat: Hadits ini adalah anjuran untuk zuhud pada dunia. Yang namanya zuhud pada dunia adalah meninggalkan segala sesuatu yang melalaikan dari Allah. (Keterangan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul Ulum wal Hikam)
Kelima: Manusia akan diberi cobaan melalui harta. Ada yang bersyukur dengan yang diberi. Ada pula yang tidak pernah merasa puas.
Raihlah Kekayaan Hakiki
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051). Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan hati (hati yang selalu merasa cukup).” Ya Allah, Berikanlah Kepada Kami Kecukupan
Oleh karena itu, banyak berdo’alah pada Allah agar selalu diberi kecukupan. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina) (HR. Muslim no. 2721)
An Nawawi -rahimahullah- mengatakan, “”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Al Minhaj SyarhShahih Muslim bin Al Hajjaj, 17/41, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi). Berarti dalam do’a ini kita meminta pada Allah [1] petunjuk (hidayah), [2] ketakwaan, [3] sifat menjauhkan diri dari yang haram, dan [4] kecukupan.
Ada dua macam golongan yang dibenci dalam Islam dalam memandang harta dan kekayaan. Satu golongan mengatakan bahwasannya harta merupakan segala-galanya. Harta dianggap sebagai solusi problematika umat. Sehingga golongan tersebut menjadikan harta sebagaiilah (tuhan)nya. Mereka menganggap bahwasannya manusia diciptakan di dunia hanyalah untuk mengejar dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Adapun golongan lain menganggap bahwasannya manusia “tidak butuh” harta. Mereka merasa dicukupkan atas aktifitasnya dalam cakupan ibadah mahdlalh saja, karena harta bagi mereka merupakan syaithan yang harus dihindari secara total dalam kehidupan dunia. Sehingga,....tidak jarang kehidupan mereka sangat tergantung pada orang lain. Hidup di atas sedekah pemberian orang lain. Mereka merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk diluangkan mencari nafkah bagi istri, anak-anak, dan keluarganya.
Dua golongan di atas adalah dua golongan yang salah dalam pandangan Islam. Lalu bagaimana sebenarnya Islam memandang tentang masalah harta ? Apakah harta akan didudukkan menjadi salah satu orientasi hidup atau dakwah ? atau.............harta dijadikan seperti singa ganas yang siap menerkam mangsa sehingga wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya, bahkan membunuhnya ?? Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan (wasath). Mudah diucapkan, namun bagaimana implementasinya ?? Al-Qur’an telah memberi gambaran kepada kita bagaimana sikap pertengahan yang dimaksud.
Seluruh Alam adalah Milik Allah yang Diciptakan untuk Manusia
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwasannya seluruh alam beserta isinya ini adalah milik Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya :
أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَلا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
”Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).”[QS. Yunus : 55].
أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ
"Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allahsemua yang ada di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka-prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga” [QS. Yunus : 66].
Dan Allah ta’ala menciptakan semuanya itu untuk kepentingan manusia, sebagaimana firman-Nya :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا

”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kamu....” [QS. Al-Baqarah : 29].
Dan semua apa-apa yang diciptakan Allahta’ala di alam ini untuk manusia merupakan rahmat dari-Nya yang diberikan kepada segenap umat manusia, sebagaimana firman-Nya :
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” [QS. Al-Jaatsiyyah : 13].
Oleh karena penciptaan alam semesta dan seisinya ini sebagai rahmat yang Allah ta’aladiberikan kepada manusia, jangan sampai manusia menggunakannya dalam jalan-jalan kebathilan. Hal ini adalah sebagaimana firman-Nya :
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” [QS. Al-Baqarah : 188].
Status Harta Bagi Manusia
Di atas telah dijelaskan bahwasannya semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah ta’ala. Termasuk dalam hal ini adalah harta benda. Pada hakikatnya, manusia dikaruniai oleh Allah ta’ala harta benda adalah sebagai titipan dan amanah yang harus dipergunakan sebagaimana mestinya. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya :
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar” [QS. Al-Hadid : 7].
Harta merupakan perhiasan dunia yang Allahta’ala jadikan sebagai salah satu ujian keimanan/cobaan bagi manusia, sebagaimana firman-Nya :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” [QS. Al-Kahfi : 46].
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” [QS. Al-Anfaal : 28]. Harta bukanlah tujuan, namun tidak lebih hanya sebagai salah satu sarana dan bekal untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Allahta’ala telah berfirman dalam salah satu ayatnya :
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” [QS. At-Taubah : 41].
Selain QS. At-Taubah : 41 di atas, masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menempatkan harta sebagai salah satu wasilah dalam ibadah. Allah ta’ala memerintahkan ‎shadaqah, infak, dan zakat; yang kesemuanya itu dengan menggunakan harta. Allah ta’alatelah mewajibkan haji bagi yang mampu. Itu pun juga menggunakan harta. Untuk mewujudkankannya, Allah ta’ala telah mewajibkan manusia untuk mencari nafkah yang berupa harta yang halal; yang dengan harta itu ia juga bisa menunaikan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak istri, anak, dan keluarganya. Allah ta’ala telah berfirman :
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada Allah” [QS. Al-Qashshash : 73].
اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
”Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” [QS. Sabaa’ : 13].
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ



”Dialah yang menjadikan bu

sumber/referensi lain: http://wiyonggoputih.blogspot.com | http://wikipedia.org "Kirimkan artikel kamu melalui email, artikel bebas sopan. Back Link Welcome."

0 Response to "Sifat Serakah"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *